Smampat Dijuluki MAN 3

Julukan MAN tiga atau rasa MAN pantas disematkkan pada sekolah yang satu ini. Hal itu tidaklah berlebihan dan bukan merupakan isapan jempol belaka. Rekam jejak pembinaan rohis dan imtaq di SMA 4 Kota Bima telah melewati jalan Panjang. Dimulai pada masa kepemimpinan H. Anas Thayeb, S.Pd tahun 2003 hingga sekarang dan sudah berjalan 21 tahun lamanya atau telah berlangsung dua dekade. Waktu yang diretas sudah melewati lima masa kepemimpinan kepala sekolah, mulai dari masa kepemimpinan Haji Anas Thayeb hingga sekarang. Waktu telah mengubah segalanya termasuk pola pembinaan imtaq dan rohis terus mengalami perbaikan dalam hal tata kelola. Arah perbaikan lebih mengedepankan prinsip inovasi dan kreativitas guru maupun siswa serta tuntutan perubahan. Tak heran animo masyarakat dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Salah satu pemantiknya adalah kemakmuran pembinaan imtaq itu sendiri yang telah mendapat respon positif dari masyarakat luas sehingga Smampat sebagai alternatif pilihan masyarakat.

“Pembinaan dimulai dari siswa, pondasinya salah satunya adalah pembinaan mentalitas dan penguatan karakter anak yang dimulai dari pembinaan imtaq yang terbina, terukur dan terpola,” kenang Kepala Sekolah Imran, S.Pd.M.M. menirukan kembali nasihat mantan Kasek Haji Anas Thayeb 20 tahun yang lalu.

Di pintu sekolah guru menyambut siswa dengan ramah dengan tujuan untuk membentu karaktek siswa. Masuk kelas, siswa secara bersama-sama melaksanakan literasi kitab suci pada jam pertama KBM selama 10-15 menit. Kemudian untuk salat zohor bersama disediakan dua sesi. Khusus pada hari jumat pembinaan siswa dilangsungkan pada dua tempat, yakni musolah dan ruang aula agar kegiatan imtaq berjalan efektif. Di musolah, guru dan siswa diberikan ruang untuk mengeksplor bakat dan minat yang dimiliki siswa. Beragam kreativitas dan guru dan siswa dimunculkan, seperti : ceramah, kuis, pidato bilingual, mengaji, pidato keteladanan para nabi dan sahabatnya. Sedangkan di aula, siswa diperkenalkan dengan nuansa musik-musik Islami seperti gambus, marawis, kasidah rebana, tarian Islami, pembacaan usmaul khusnah, ayat-ayat pendek dan sebagainya.

Setiap hari Jumat dilaksanakan pula salat Jumat bersama. Khusus bagi siswa laki-laki, sedangkan bagi wanita fokus dengan kegiatan mentoring. Keutamaan pendekatan mentoring adalah bentuk kajian Islam atau pembelajaran timbal balik dan kolaboratif dua orang atau lebih yang memiliki tanggung jawab yang sama dalam ikatan komunitas. Pola pembelajarannya sangat bervariasi, mulai dari kelopok kecil, sedang hingga kelompok besar. Untuk mempercepat kemampuan literasi kitab suci, para guru agama membuat tiga kategori, yakni kategori rendah, sedang dan tingkat mahir. “Tanggung jawab kami adalah untuk ibadah dan kami ikhlas berbagi untuk menumbuhkan nilai-nilai moral keagamaan kepada siswa,” tukas Nuraini, S.Ag yang terampil memainkan alat music kasidah dan marawis “Tugas kami, lanjutnya, bagaimana membebaskan anak-anak didik agar bebas dari buta membaca Alquran. Alhamdulillah, tegasnya, di SMAN 4 Kota Bima mewajibkan setiap siswa mengikuti program khataman Alquran,“ sambung guru senior dengan wajah berseri-seri. Senada dengan Nuraini, S.Ag seorang guru yunior, Faridah, S.Ag. menuturkan “Tujuan mendidik dan membina siswa adalah bagaimana membentuk pripadi siswa agar menjadi pribadi yang utuh, berkarakter, beriman dan bertakwa yang mampu menyelaraskan antara pikiran, ucapan serta perbuatannya melekat dengan nilai-nilai keagamaan. Membina siswa itu lama kelamaan semakin nikmat rasanya,” imbuh kreatif ini polos. Dari tiga kategori itu tentunya ada perbedaan perlakuan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Istilah literasi kitab suci pada prinsipnya memberi kesempatan siswa-siswi nonmuslim sebagai pengejewantahan toleransi beragama di sekolah. Untuk meningkatkan prestasi bidang seni baca Alquran, pihak sekolah menempatkan satu orang guru spesifikasi pembimbing tahfidz yang handal.

 Akativitas rohani Islam tidak hanya dilakukan pada siang hari, akan tetapi sesekali melaksanakan kemah agama secara berkala pada malam hari (spiritual camp). Pada malam hari siswa diajarkan salat malam, cermat memanfaatkan waktu tidur, mengaji, ceramah, atraksi kesenian Islami, salat tahajut dan salat subuh bersama.

Para siswa tidak hanya dibekali tentang tata cara beribadah dan mengaji semata, tetapi juga mereka diajarkan manejemen pengelolaan masjid. Metode ini diharapkan saat siswa terjun ke masyarakat dan merantau di luar daerah mereka benar-benar bermanfaat bagi lingkungan sosial mereka. “Tidak jarang siswa kami yang merantau ke Sulawesi menjadi pengurus masjid. Mereka mendapat bantuan untuk biaya hidup dan biaya kuliah,” tutur Imran, S.Pd. Kepala SMAN 4 Kota Bima yang dilantik bulan Juni lalu. Mereka, katanya, bisa mengirim uang kepada orang tuanya di kampung dari hasil menjadi pengurus masjid. Satu hal yang membuat menurunnya angka buling di Smampat, salah satunya membaiknya pembinaan imtaq dan Rohani Islam itu sendiri. “Layanan imtaq dan rohis sangat bagus karena telah memberikan kesempatan partisipatif secara merata kepada seluruh siswa,” ujar Akbar, ketua OSIS yang baru terpilih. Sementara Andayanti siswi kelas XI-11 mengaku bangga dengan maraknya kegiatan kerohanian di Smampat. “Bagus bangat, walaupun di awal-awalnya setengah paksa. Setelah dijalani enak rasanya,” tutur bendahara OSIS yang memiliki paras ayu ini. Semangat untuk anak-anak soleh dan solehah.

(SN_BIM)

Related Post

5 thoughts on “Smampat Dijuluki MAN 3”
  1. Barokallahu.. SMAN 4 KOBI… maju terus dan jaya selalu ke depannya… teruslah mencetak generasi2 terbaik untuk nusa dan bangsa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *